Dari sinilah kehidupanku berawal, tepatnya 5 Juni 16 tahun silam. Terlahir sebagai seorang anak perempuan di desa kecilku Samalanga. Daerah yang digelar kota santri dengan penduduk mulia nan ramah, namun aku sebagai seorang gadis berdarah asli Samalanga tidak akan pernah mengakui akan hal itu.Wak Jah tetangga nenekku adalah korban nyata dari dunia kepolitikan Desaku
" Kenapa kaca rumah wawak bisa pecah seperti itu" tanyaku pada suatu pagi.
" Semalam ada seseorang yang melempar rumah wawak dengan batu mungkin karena wawak tidak memilih Ramli sebagai kepala desa" jawabnya.
Ramli adalah seorang yang sangat berambisius ingin menjadi kepala desa bahkan rela bila harus melakukan apapun termasuk tindakan tidak bermoral yang dilakukan pada wak jah
" Kenapa mereka bisa tahu bahwa wawak tidak memilih Ramli? bukannya ruang TPA itu bersifat rahasia?" tanya ku lagi.
"Mereka mengintip dari atas menasah, sudahlah mungkin memang sudah begini nasib Desa kita" jawabnya.
Aku sungguh prihatin dengan apa yang terjadi pada Wak Jah, dan sampai sekarang Ramli yang telah menjadi kepala desa belum sekalipun melontarkan kata maaf.
Inilah Marwah desa Kelahiranku "Samalanga"
Home »
cerpen singkat berlatar budaya
» Marwah desa kelahiran







budaya orang samalanga suka gak tanggung jawab, salah kaprah namanya
ReplyDelete